Sejak awal april hingga september 2018 saya melabel era ini sebagai Jobless
Period atau masa-masa ga ada kerjaan, ga ada pemasukan #ngenez doesn’t
mean nothing to do at all. Kenapa saya menamakan seperti itu karna saya
baru saja melangsungkan keputusan yang cukup besar. Melawan berbagai
pertentangan demi sebuah tujuan. Dampaknya adalah tidak bekerja untuk beberapa
bulan. Cause my way is always be mine not theirs. Kelihatannya saya
lebih berdaya menghadapi ‘kesulitan’ tapi saya tahu arah dibanding hidup
‘mudah’ tapi tidak tahu mesti kemana. As i actually know life will never be
easy. So yang tepat mungkin menjalani kehidupan yang saya tahu path
nya kemana.
Atas fase ini saya giat me-maintain diri saya termasuk membentengi kehendak
agar tidak oleng ke haluan yang lain. As we know there is a will there is
always a way. Suatu hari salah seorang teman men-share sebuah event
yang bertema 1.000 Orang Kebelet Hidup! dengan schedule didalamnya yang cukup padat.
Yakni selama 3 hari dimulai dari jam 09.00 hingga jam 21.00, The Good News
is Free. Tidak banyak kalam saya segera register diri saya. it’s
actually still located in Jakarta. but i don’t know where the address is.
Kebetulan hari pertama adalah hari libur jadi saya punya ‘room’ untuk trial
and error cari alamat untuk tiba di venue on time. Dan benar sekali
yha life will never be easy. Ketika kamu diberikan tuhan sedikit celah
atas usahamu, Dia masih akan menguji kamu dengan kesulitan yang lain. You
know what i’m talking :///. Kala itu saya naik motor dengan bantuan Waze and
it is coming. Saya diantarkan oleh Waze ke jalan tol, dimana tidak mungkin
pengendara motor masuk kedalamnya yang membuat saya akhirnya memutar jalan yang
cukup jauh. Kemudian saya ikuti kembali navigasi dari Waze dan masih berpangku
pada tujuan yang sama untuk memastikan apakah benar hanya jalan tol atau ada celah jalan untuk
pengendara motor kebetulan memang di titik saya mesti belok ada banyak cabang
jalan. Akhirnya saya tahu ternyata Waze memang mengantarkan saya masuk ke jalan
tol. Waze made my day #hiks. Kemudian
saya hening beberapa menit di depan sebuah mall saat itu masih cukup pagi jadi
saya kesulitan bertanya. Sempat terlintas untuk kembali ke rumah karna cukup
sulit pergi ke tujuan yang cukup jauh dengan tangan kanan memegang stir motor
dan tangan kiri memegang Handphone. Remember! Life is always be hard. Akhirnya
saya putuskan untuk menggunakan Maps mengantarkan saya ke tempat tujuan.
Alhamdulilah Maps knows me so well. Dia menunjukan jalan lain hingga saya
berhasil tiba di tempat tujuan.
Hari pertama saya merasa awkarin.. eh maksudnya awkward. Karna saya belum
kenal orang-orang disana. Kita tahu bahwa acara bertajuk training motivasi
tidak mungkin hanya duduk manis sambil nulis sampai acara selesai. (Kalo
seminar mungkin iya) So disana kami diberikan ruang untuk gerak2, joget dan
ketawa-tiwi. Mencurahkan segala bentuk semangat dari dalam tubuh untuk di kucurkan
ke orang lain. Masih agak awkward karna saya masih jaim #ahay.
Kebanyakan dari mereka datang dengan beberapa teman jadi mereka ngobrol
masing-masing. Saya sulit bertingkah konyol didepan orang asing alias malu. Selama
training berlangsung kami hanya disediakan buku training. Jadi lainnya rogoh
saku sendiri L bagi saya pengeluarannya cukup besar karna perlu parkir
dan isi perut biar mangats kakaaa~. as i told before saya sedang tidak
ada pemasukan kemungkinan selama 6 bulan kedepan mungkin lebih. “So i have
to save my life properly” bisik suara hati.
Keesokan hari tiba, saya bangun
tidur sekitar jam 05.00 Pagi. Lagi-lagi terpikirkan untuk mendekam dirumah saja wa’. Karna hari kedua
bukan hari libur seperti kemarin. Jalan sudah pasti dipenuhi kendaraan yang bisa
jadi buat saya stuck beberapa jam. Sulit dibayangkan.. Diam dijalan
selama beberapa jam dengan pose tangan kanan untuk stir dan tangan kiri pegang
maps. Walaupun tidak sesering kemarin but i am sure it will be painful.
Dan saya juga akan awkward kembali disana hingga jam 21.00 dengan pengeluaran besar juga. It will be
perfectly painful. Tapi satu hal yang membekas kuad di ingatan saya #ea
saat hari pertama kami diminta untuk menaikkan standar kami, maksud dari
standar adalah garis kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang menentukan kamu
layak menjadi orang yang lebih baik atau tidak. Kami diminta untuk tidak
mengenal lelah kecuali benar-benar lelah. Kami tidak boleh mengistirahatkan
lelah, kami harus menaklukan lelah. Lalu dengan merenung sedikit saya putuskan
untuk melanjutkan hari kedua dengan mengevaluasi hari kemarin dan sedikit senam
ala-ala selepas turun dari tempat tidur. Hal-hal kecil mulai saya
perhatikan seperti membawa snack dari rumah dan mengajak salah seorang
teman (peserta juga) pergi bareng agar dia bisa bantu saya menggunakan
maps. Setelah kita ketemuan di suatu
tempat dan menuju lokasi ternyata taraaa~ kondisi jalan tidak seperti yang dibayangkan
kemarin. Jalan cukup renggang.. hanya sedikit tersendat. Karna Jakarta bisa
sepi hanya saat libur lebaran. Jadi boleh dibilang hari itu masih wajar.
Ketika tiba di lokasi saya merubah letak duduk saya agar bertemu orang baru.
Tadi pagi saya sudah niatkan kepada diri saya sendiri bahwa hari kedua harus
lebih baik, harus bisa saya nikmati. Ikrar ini saya wujudkan dengan inisiatif banyak ngobrol
dengan orang baru yang tidak saya sangka ternyata mereka sangat menyenangkan,
no jaim, proaktif, banyak kesamaan tujuan. Ternyata benar, kata orang musuh
terbesar kita itu pikiran kita sendiri, jadi kalo pikiran mulai negatif sedikit
coba lawan deh.
Semakin kami saling kenal mereka semakin mendukung. Para peserta serasa
mengeluarkan ‘asap’ yang membentuk aura positif. Apalagi bintang tamunya sangat
menginspirasi. Mereka Irfan Amalee (pendiri Peace Generation), Najeela Shihab
(inisiator Pesta Pendidikan), Alfatih Timur (pendiri Kitabisa.com), Pidi Baqi
(Penulis Novel Trilogi ‘Dilan’),tak lupa Ali Zaenal Abidin sebagai trainer kita
(Pendiri i’m on my way)sekaligus penyelenggara kegiatan. Tak terasa hari kedua
berhasil kami lewati dengan kesan yang sangat baik karna saya juga berhasil
mengefisiensikan pengeluaran saya. Di hari ketiga kami di sajikan moment
semacam meditasi, mengajak nurani kita berbicara dan belajar menghilangkan limiting
belief. Limiting belief adalah suatu keyakinan sejak waktu yang sangat lama
yang membuat kita terhalang untuk menjalani purposeful life biasanya
digumpal dengan kenangan traumatis. Last day will always be priceless.
Hari terakhir di warnai dengan tangisan dan perasaan bebas. Trainer kami Ali
Zaenal Abidin memang sangat mumpuni ‘menghipnotis’ kami Rasanya seperti beban
yang sering menyita energi hilang seketika. Tapi sepertinya pikiran itu akan
kembali mengganggu jika kita tidak rutin bermeditasi secara berkala ‘because
repetition is the mother of skills’. Jika sudah menjadi kebiasaan maka
secara otomatis akan menjadi suatu keahlian. Praktik yang paling mudah adalah
selalu berfikir positif.. Waktu pulang pun tiba para peserta mulai bersedih,
kami harus meninggalkan ruangan yang didalamnya dipenuhi good people. Ruangan
yang kami anggap sebagai tempat kami benar-benar merasakan diri kami yang
sesungguhnya dengan teman-teman yang ‘sebenarnya’. Tak terkecuali saya yang
mungkin akan menyesal jika saya memprioritaskan ego saya. But we must know.
We can judge any moment either good or bad after passing them. My point is
‘passing’. After you pass the moment, it definetely appears 2 reactions. Good
and bad. ‘passing’ keeps good and turns bad into experience that will evolve to
be good. Good Learning. Either you like or not. It always be. So my formula is
just pass all moment you live in, you are potential to be a good one. this
doesn’t make any sense for loser. Keep improving your day.
Kami yang mampu menyelesaikan kegiatan penuh selama tiga hari, secara
otomatis terdaftar ke dalam komunitas Purposeful People Community yang
mana Alfatih Timur, Irfan Amalee dan Najeela Shihab termasuk didalamnya.
Thankyou I’m On My Way, what lucky i am J