Kamis, 07 Februari 2019

HBD - Home Based Daddy


Happy birthday to you, Happy birthday to you, happy birthday.. happy birthday.. happy birthday to you. Begitu sorak nyanyian dan rempakan tepuk tangan yang sering terdengar di pesta ulang tahun anak-anak. Setiap orang berdoa untuk keberkahan yang berulang tahun agar selalu sehat, berbakti kpd orang tua, rajin ibadah dan menjadi anak yang sukses. Namun kesuksesan tidak serta merta datang dari doa yang dipanjatkan lewat nyanyian sewaktu pesta. Lebih mujarab nya adalah doa orang tua setiap waktu. Tanpa doanya seorang anak hanyalah berjalan ditempat.

Orang tua yang memiliki ekspektasi kualitas hidup bagi anaknya adalah mereka yang berstrategi all out memberikan perhatian dan segala kemampuannya untuk kehidupan anak dari segi financial dan waktu. Umumnya waktu hadirnya orang tua lebih impactful memicu peningkatan kecerdasan dan perilaku anak. kehadiran orang tua berperan mengawasi perilaku anak, mendorong semangat anak dan sebagai ‘rumah lelahnya’ anak.

Berbicara tentang orang tua yang selalu terbesit adalah seorang ibu, padahal peran ayah tak kalah penting. Di zaman pergaulan yang semuanya easily reachable tugas ayah bukan hanya mencari nafkah. Namun membantu ibu memonitor perilaku anak setiap hari. Sehingga kehadiran ayah dirumah mutlak adanya.

Home Based Daddy atau kehadiran ayah dirumah merupakan ungkapan yang saya berikan untuk mengkritisi posisi keberadaan ayah dalam tumbuh kembang seorang anak. Kita tidak perlu mengkritisi soal mata pelajaran PPKN zaman dahulu yang berisi : apa tugas seorang ayah? A. Mengurus anak B.Mencari nafkah C.Membantu ibu. Karena saat ini dan seterusnya semua jawaban diatas adalah benar.

Kita tidak bisa menyamaratakan peran masing-masing orang tua dahulu kala. Waktu saya kecil ibu saya total menjadi seorang pengasuh dan pengurus rumah. Menggosok baju, menjemur pakaian, memandikan adik dll namun karena kebutuhan ekonomi mulai meningkat kami mulai membuka toko sembako dan ibu saya menjadi distributor laundry. Tak bisa dipungkiri saat ini peran ibu sudah beralih profesi menjadi ‘ayah’ yang membantu keluarga mencari nafkah. Sehingga juga sebaliknya, ayah pun harus turut beralih profesi menjadi ‘ibu’ yang mengurus anak, membantu mengerjakan PR hingga menemani anak bermain. dengan demikian peran keduanya dalam merawat anak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari bisa seimbang.

Ingat berita yang sempat happening soal kekeliruan identitas diri LGBT?. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya intensitas ayah dirumah. Anak yang kekurangan waktu bersama  ayah menimbulkan perilaku yang cenderung feminim, bias wawasan gender, sensitif, minim leadership dan bermental tempe. Ketika dirundung masalah seorang anak cenderung memilih lingkungan yang nyaman buatnya berbagi kisah. Sehingga ketidakhadiran ayah dirumah mengalihkan penantian anak menemukan pembimibing yang tepat.

Bahkan Dalam jurnal Popenoe (1997) yang berjudul Life Without Father disebutkan bahwa runtuhnya kesejahteraan anak-anak di Amerika Serikat meliputi penyalahgunaan alkohol, tindak kekerasan, pergeseran usia korban kemiskinan mengacu pada ketidakhadiran ayah pada masa pendewasaan anak. Keberadaan ayah dirumah membantu proses pendewasaan anak-anaknya sepanjang hidup, selain sebagai pelindung ayah juga menjadi sosok panutan. Kehadiran ayah bagi seorang little princess memudahkan perjalanan pendewasaannya. Lewat ayah anak perempuan belajar bagaimana berkomunikasi dengan lawan jenis, wawasan heteroseksual dan batas intim bergaul. Yang terpenting adalah dicintai oleh seorang ayah memberi kesan mereka pantas dihargai. bagi little prince ayah memberikan edukasi soal otoritas dan disiplin. Seorang ayah membantu anak laki-laki mengembangkan kontrol diri dan perasaan empati terhadap orang lain.

Dalam penelitian Krampe (2015) yang berjudul “When Is the Father Really There?”  disebutkan bahwa suara seorang ayah memiliki makna simpatik dibanding ibu. Suara ayah dapat menjamin keamanan bagi anaknya. Sedangkan sentuhan ayah lewat dekapan dan sandaran bahu ketika anaknya dirundung masalah memberi kehangatan dan dukungan emosional.

Sudah sepatutnya seorang ayah zaman now berperan menjadi Home Based Daddy yang membantu istri bersih-bersih, mengerti perilaku anak, menjadi sandaran anak, memberikan nilai kepemimpinan dan menjadi panutan yang memberi pedoman religius sebagai bekal kebutuhan jangka panjang anak. seperti yang pernah dikatakan seorang pahlawan nasional Ahmad Dahlan  “Warisan terbesar seorang ayah adalah dapat membuat keluarganya sebagai teladan“

0 komentar:

Posting Komentar