Minggu, 13 Mei 2018

3 Hari Penuh Semangat di Awal Mei 2018


Sejak awal april hingga september 2018 saya melabel era ini sebagai Jobless Period atau masa-masa ga ada kerjaan, ga ada pemasukan #ngenez doesn’t mean nothing to do at all. Kenapa saya menamakan seperti itu karna saya baru saja melangsungkan keputusan yang cukup besar. Melawan berbagai pertentangan demi sebuah tujuan. Dampaknya adalah tidak bekerja untuk beberapa bulan. Cause my way is always be mine not theirs. Kelihatannya saya lebih berdaya menghadapi ‘kesulitan’ tapi saya tahu arah dibanding hidup ‘mudah’ tapi tidak tahu mesti kemana. As i actually know life will never be easy. So yang tepat mungkin menjalani kehidupan yang saya tahu path nya  kemana. 

Atas fase ini saya giat me-maintain diri saya termasuk membentengi kehendak agar tidak oleng ke haluan yang lain. As we know there is a will there is always a way. Suatu hari salah seorang teman men-share sebuah event yang bertema 1.000 Orang Kebelet Hidup!  dengan schedule didalamnya yang cukup padat. Yakni selama 3 hari dimulai dari jam 09.00 hingga jam 21.00, The Good News is Free. Tidak banyak kalam saya segera register diri saya. it’s actually still located in Jakarta. but i don’t know where the address is.

Kebetulan hari pertama adalah hari libur jadi saya punya ‘room’ untuk trial and error cari alamat untuk tiba di venue on time. Dan benar sekali yha life will never be easy. Ketika kamu diberikan tuhan sedikit celah atas usahamu, Dia masih akan menguji kamu dengan kesulitan yang lain. You know what i’m talking :///. Kala itu saya naik motor dengan bantuan Waze and it is coming. Saya diantarkan oleh Waze ke jalan tol, dimana tidak mungkin pengendara motor masuk kedalamnya yang membuat saya akhirnya memutar jalan yang cukup jauh. Kemudian saya ikuti kembali navigasi dari Waze dan masih berpangku pada tujuan yang sama untuk memastikan apakah benar  hanya jalan tol atau ada celah jalan untuk pengendara motor kebetulan memang di titik saya mesti belok ada banyak cabang jalan. Akhirnya saya tahu ternyata Waze memang mengantarkan saya masuk ke jalan tol. Waze made my day #hiks.  Kemudian saya hening beberapa menit di depan sebuah mall saat itu masih cukup pagi jadi saya kesulitan bertanya. Sempat terlintas untuk kembali ke rumah karna cukup sulit pergi ke tujuan yang cukup jauh dengan tangan kanan memegang stir motor dan tangan kiri memegang Handphone. Remember! Life is always be hard. Akhirnya saya putuskan untuk menggunakan Maps  mengantarkan saya ke tempat tujuan. Alhamdulilah Maps knows me so well. Dia menunjukan jalan lain hingga saya berhasil tiba di tempat tujuan. 



Hari pertama saya merasa awkarin.. eh maksudnya awkward. Karna saya belum kenal orang-orang disana. Kita tahu bahwa acara bertajuk training motivasi tidak mungkin hanya duduk manis sambil nulis sampai acara selesai. (Kalo seminar mungkin iya) So disana kami diberikan ruang untuk gerak2, joget dan ketawa-tiwi. Mencurahkan segala bentuk semangat dari dalam tubuh untuk di kucurkan ke orang lain. Masih agak awkward karna saya masih jaim #ahay. Kebanyakan dari mereka datang dengan beberapa teman jadi mereka ngobrol masing-masing. Saya sulit bertingkah konyol didepan orang asing alias malu. Selama training berlangsung kami hanya disediakan buku training. Jadi lainnya rogoh saku sendiri L bagi saya pengeluarannya cukup besar karna perlu parkir dan isi perut biar mangats kakaaa~. as i told before saya sedang tidak ada pemasukan kemungkinan selama 6 bulan kedepan mungkin lebih. “So i have to save my life properly” bisik suara hati.

Keesokan hari  tiba, saya bangun tidur sekitar jam 05.00 Pagi. Lagi-lagi terpikirkan untuk  mendekam dirumah saja wa’. Karna hari kedua bukan hari libur seperti kemarin. Jalan sudah pasti dipenuhi kendaraan yang bisa jadi buat saya stuck beberapa jam. Sulit dibayangkan.. Diam dijalan selama beberapa jam dengan pose tangan kanan untuk stir dan tangan kiri pegang maps. Walaupun tidak sesering kemarin but i am sure it will be painful. Dan saya juga akan awkward kembali disana hingga jam 21.00  dengan pengeluaran besar juga. It will be perfectly painful. Tapi satu hal yang membekas kuad di ingatan saya #ea saat hari pertama kami diminta untuk menaikkan standar kami, maksud dari standar adalah garis kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang menentukan kamu layak menjadi orang yang lebih baik atau tidak. Kami diminta untuk tidak mengenal lelah kecuali benar-benar lelah. Kami tidak boleh mengistirahatkan lelah, kami harus menaklukan lelah. Lalu dengan merenung sedikit saya putuskan untuk melanjutkan hari kedua dengan mengevaluasi hari kemarin dan sedikit senam ala-ala selepas turun dari tempat tidur. Hal-hal kecil mulai saya perhatikan seperti membawa snack dari rumah dan mengajak salah seorang teman (peserta juga) pergi bareng agar dia bisa bantu saya menggunakan maps.  Setelah kita ketemuan di suatu tempat dan menuju lokasi ternyata taraaa~ kondisi jalan tidak seperti yang dibayangkan kemarin. Jalan cukup renggang.. hanya sedikit tersendat. Karna Jakarta bisa sepi hanya saat libur lebaran. Jadi boleh dibilang hari itu masih wajar.

Ketika tiba di lokasi saya merubah letak duduk saya agar bertemu orang baru. Tadi pagi saya sudah niatkan kepada diri saya sendiri bahwa hari kedua harus lebih baik, harus bisa saya nikmati. Ikrar ini  saya wujudkan dengan inisiatif banyak ngobrol dengan orang baru yang tidak saya sangka ternyata mereka sangat menyenangkan, no jaim, proaktif, banyak kesamaan tujuan. Ternyata benar, kata orang musuh terbesar kita itu pikiran kita sendiri, jadi kalo pikiran mulai negatif sedikit coba lawan deh.


Semakin kami saling kenal mereka semakin mendukung. Para peserta serasa mengeluarkan ‘asap’ yang membentuk aura positif. Apalagi bintang tamunya sangat menginspirasi. Mereka Irfan Amalee (pendiri Peace Generation), Najeela Shihab (inisiator Pesta Pendidikan), Alfatih Timur (pendiri Kitabisa.com), Pidi Baqi (Penulis Novel Trilogi ‘Dilan’),tak lupa Ali Zaenal Abidin sebagai trainer kita (Pendiri i’m on my way)sekaligus penyelenggara kegiatan. Tak terasa hari kedua berhasil kami lewati dengan kesan yang sangat baik karna saya juga berhasil mengefisiensikan pengeluaran saya. Di hari ketiga kami di sajikan moment semacam meditasi, mengajak nurani kita berbicara dan belajar menghilangkan limiting belief. Limiting belief adalah suatu keyakinan sejak waktu yang sangat lama yang membuat kita terhalang untuk menjalani purposeful life biasanya digumpal dengan kenangan traumatis. Last day will always be priceless. Hari terakhir di warnai dengan tangisan dan perasaan bebas. Trainer kami Ali Zaenal Abidin memang sangat mumpuni ‘menghipnotis’ kami Rasanya seperti beban yang sering menyita energi hilang seketika. Tapi sepertinya pikiran itu akan kembali mengganggu jika kita tidak rutin bermeditasi secara berkala ‘because repetition is the mother of skills’. Jika sudah menjadi kebiasaan maka secara otomatis akan menjadi suatu keahlian. Praktik yang paling mudah adalah selalu berfikir positif.. Waktu pulang pun tiba para peserta mulai bersedih, kami harus meninggalkan ruangan yang didalamnya dipenuhi good people. Ruangan yang kami anggap sebagai tempat kami benar-benar merasakan diri kami yang sesungguhnya dengan teman-teman yang ‘sebenarnya’. Tak terkecuali saya yang mungkin akan menyesal jika saya memprioritaskan ego saya. But we must know. We can judge any moment either good or bad after passing them. My point is ‘passing’. After you pass the moment, it definetely appears 2 reactions. Good and bad. ‘passing’ keeps good and turns bad into experience that will evolve to be good. Good Learning. Either you like or not. It always be. So my formula is just pass all moment you live in, you are potential to be a good one. this doesn’t make any sense for loser. Keep improving your day.

  
Kami yang mampu menyelesaikan kegiatan penuh selama tiga hari, secara otomatis terdaftar ke dalam komunitas Purposeful People Community yang mana Alfatih Timur, Irfan Amalee dan Najeela Shihab termasuk didalamnya. Thankyou I’m On My Way, what lucky i am J

0 komentar:

Posting Komentar