Happy birthday to you, Happy birthday to you, happy
birthday.. happy birthday.. happy birthday to you. Begitu sorak nyanyian dan rempakan tepuk
tangan yang sering terdengar di pesta ulang tahun anak-anak. Setiap orang
berdoa untuk keberkahan yang berulang tahun agar selalu sehat, berbakti kpd
orang tua, rajin ibadah dan menjadi anak yang sukses. Namun kesuksesan tidak
serta merta datang dari doa yang dipanjatkan lewat nyanyian sewaktu pesta.
Lebih mujarab nya adalah doa orang tua setiap waktu. Tanpa doanya seorang anak
hanyalah berjalan ditempat.
Orang tua yang memiliki ekspektasi kualitas hidup bagi
anaknya adalah mereka yang berstrategi all out memberikan perhatian dan
segala kemampuannya untuk kehidupan anak dari segi financial dan waktu. Umumnya
waktu hadirnya orang tua lebih impactful memicu peningkatan kecerdasan
dan perilaku anak. kehadiran orang tua berperan mengawasi perilaku anak,
mendorong semangat anak dan sebagai ‘rumah lelahnya’ anak.
Berbicara tentang orang tua yang selalu terbesit adalah
seorang ibu, padahal peran ayah tak kalah penting. Di zaman pergaulan yang
semuanya easily reachable tugas ayah bukan hanya mencari nafkah. Namun
membantu ibu memonitor perilaku anak setiap hari. Sehingga kehadiran ayah
dirumah mutlak adanya.
Home Based Daddy atau kehadiran ayah dirumah merupakan
ungkapan yang saya berikan untuk mengkritisi posisi keberadaan ayah dalam
tumbuh kembang seorang anak. Kita tidak perlu mengkritisi soal mata pelajaran
PPKN zaman dahulu yang berisi : apa tugas seorang ayah? A. Mengurus anak
B.Mencari nafkah C.Membantu ibu. Karena saat ini dan seterusnya semua jawaban
diatas adalah benar.
Kita tidak bisa menyamaratakan peran masing-masing orang
tua dahulu kala. Waktu saya kecil ibu saya total menjadi seorang pengasuh dan
pengurus rumah. Menggosok baju, menjemur pakaian, memandikan adik dll namun
karena kebutuhan ekonomi mulai meningkat kami mulai membuka toko sembako dan
ibu saya menjadi distributor laundry. Tak bisa dipungkiri saat ini peran
ibu sudah beralih profesi menjadi ‘ayah’ yang membantu keluarga mencari nafkah.
Sehingga juga sebaliknya, ayah pun harus turut beralih profesi menjadi ‘ibu’ yang
mengurus anak, membantu mengerjakan PR hingga menemani anak bermain. dengan
demikian peran keduanya dalam merawat anak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari
bisa seimbang.
Ingat berita yang sempat happening soal kekeliruan
identitas diri LGBT?. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya intensitas ayah
dirumah. Anak yang kekurangan waktu bersama ayah menimbulkan perilaku yang cenderung
feminim, bias wawasan gender, sensitif, minim leadership dan bermental
tempe. Ketika dirundung masalah seorang anak cenderung memilih lingkungan yang
nyaman buatnya berbagi kisah. Sehingga ketidakhadiran ayah dirumah mengalihkan penantian
anak menemukan pembimibing yang tepat.
Bahkan Dalam jurnal Popenoe (1997) yang berjudul Life
Without Father disebutkan bahwa runtuhnya kesejahteraan anak-anak di
Amerika Serikat meliputi penyalahgunaan alkohol, tindak kekerasan, pergeseran
usia korban kemiskinan mengacu pada ketidakhadiran ayah pada masa pendewasaan
anak. Keberadaan ayah dirumah membantu proses pendewasaan anak-anaknya
sepanjang hidup, selain sebagai pelindung ayah juga menjadi sosok panutan.
Kehadiran ayah bagi seorang little princess memudahkan perjalanan
pendewasaannya. Lewat ayah anak perempuan belajar bagaimana berkomunikasi
dengan lawan jenis, wawasan heteroseksual dan batas intim bergaul. Yang
terpenting adalah dicintai oleh seorang ayah memberi kesan mereka pantas
dihargai. bagi little prince ayah memberikan edukasi soal otoritas dan
disiplin. Seorang ayah membantu anak laki-laki mengembangkan kontrol diri dan
perasaan empati terhadap orang lain.
Dalam penelitian
Krampe (2015) yang berjudul “When Is the Father Really There?” disebutkan bahwa suara seorang ayah memiliki
makna simpatik dibanding ibu. Suara ayah dapat menjamin keamanan bagi anaknya. Sedangkan
sentuhan ayah lewat dekapan dan sandaran bahu ketika anaknya dirundung masalah memberi
kehangatan dan dukungan emosional.
Sudah
sepatutnya seorang ayah zaman now berperan menjadi Home Based Daddy yang membantu
istri bersih-bersih, mengerti perilaku anak, menjadi sandaran anak, memberikan
nilai kepemimpinan dan menjadi panutan yang memberi pedoman religius sebagai
bekal kebutuhan jangka panjang anak. seperti yang pernah dikatakan seorang
pahlawan nasional Ahmad Dahlan “Warisan
terbesar seorang ayah adalah dapat membuat keluarganya sebagai teladan“