Selasa, 23 Juni 2015

Persiapan Lenong, Perpisahan SMPN 182 2015

Perpisahan merupakan momen yang sulit dilewatkan bagi setiap orang. Setap ada pertemuan pasti menemukan perpisahan. Umumnya orang-orang ingin selalu bersatu, kumpul-kumpul walaupun hanya sekedar ngobrol ringan bagi kaum muda maupun manula. Hal seperti ini tidak bermakna beda dengan siswa-siswi SMPN 182.

Kemarin senin tepatnya 15 juni 2015 smpn 182 mengadakan acara perpisahan kelas 9 yang telah usai melewati ujian nasional tingkat SMP. Saya yang pada saat itu sedang disibukkan mengurus tugas akhir, secara mendadak di telp guru saya untuk membuat rekaman lipsync tanpa bahan apapun. Saya akui saya belum ada pengalaman buat merancang rekaman lipsync. Mungkin jikalau bahannya sudah tersedia, saya bisa langsung dengar rekamannya kemudian cari tahu cara edit nya. Namun kenyataannya saya harus minimal sekali menemui para pemainnya untuk merekam suara mereka.

Singkat cerita jumat, 12 juni 2015 tibalah hari dimana saya berkunjung ke SMP 182 Jl. Kalibata Timur Empang Tiga untuk bertemu dengan ibu Ida Hidayati yang bisa dibilang merupakan guru saya. Sebenarnya dia kerabat dari guru les saya sewaktu smp yakni bu Julie Rostina. Beberapa kali kami bertemu dan bekerjasama lewat seminar-seminar dan salah satu program bukber dengan ODHA di UIN. Saat saya bertemu dengan bu ida di SMP 182, dia mulai briefing saya untuk me-record suara para pemeran satu-persatu. Mengapa demikian, karena kami memiliki kendala kurangnya microphone jadi bagaimanapun caranya supaya acara tetap jalan yaitu melakukan lipsync.

Kemudian saya mulai berkenalan dengan para pemaainnya. Mereka adalah abul (anak kedua bu ida), adien, bilad, faris dll. Saat ingin melakukan rekaman lagi lagi  kami mendapat kendala.. kami tidak disediakan ruangan yang kedap suara, jadi saya berinisiatif mondar-mandir disekeliling sekolah mencari sudut yang sepi agar rekaman yang didapat jernih.


Keesokan harinya sabtu, 13 juni 2015 tepatnya di sevel duren tiga saya menunjukan pada bu ida hasil audio yang sudah saya edit. Bu ida menilai hasilnya sudah cukup baik Cuma masih terdapat suara yang tidak bersih. Kemudian kami sama-sama pulang dan bertemu lagi pada minggu, 14 juni 2015 untuk gladi bersih. Lenong yang akan tampil nanti juga dipadukan dengan beberapa dancer sebagai pengisi acara tambahan karena akan disisipkan beberapa lagu tanah air. 




Saya mulai melihat mereka latihan, tidak disangka mereka remaja yang sangat percaya diri tampil diatas panggung pasalnya sewaktu SMP saya pernah menghindari ajakan wali kelas bernyanyi di acara Hut RI. Saat latihan ternyata mereka kesulitan melakukan lipsync karna sangat sulit memadukan gerak bibir dengan tempo rekaman, disamping itu membuat mereka terbatas melakukan improvisasi. Akhirnya guru saya membatalkan melakukan lipsync. Jadi saya bekerja kembali untuk memberikan efek-efek suara pada lenong mereka nanti agar pertunjukan nanti tidak terkesan monoton.

Namun sayangnya pada hari H saya tidak dapat menghadiri acara  perpisahan tersebut. Saya harus kembali ke rutinitas saya mengurus tugas akhir, menjadi admin di kampus juga mengikuti perkuliahan seperti sedia kala. Semua tentang tanggung jawab yang harus di taati. Malam harinya saya merasa lega setelah mendapat kabar dari bu ida bahwa mereka melakukannya dengan sukses.

Sabtu, 13 Juni 2015

Siap 86! Net Tv

Siap 86! slogan yang dipakai acara 86 di channel Net TV. Sampai sekarang saya masih tidak paham kenapa “86” yang dipakai sebagai kode kepolisian. Kenapa bukan 32, 80, 21 boleh juga 13. Tapi 86? Misteri yang masih menjadi misteri. Iseng-iseng cari di google 86 artinya sudah dapat diterima atau sudah dipahami. Begitu lah makna intinya. Walaupun belum tahu kenapa 86.

Program 86 di Net Tv menurut saya termasuk terobosan baru dari program-program terkait kiriminalitas yang sudah pernah ada. Kenapa, dibanding program-program yang sudah ada, 86 memberi tayangan yang bukan sekedar kiriminal di indonesia. Tapi juga mengungkap sebab musabab  pelaku melakukan pelanggaran itu dengan penjelasan dari anggota kepolisian. Hal demikian dapat dinilai sebagai keseriusan Net Tv dalam mengungkapkan kerjaan polisi sebenarnya. Nah jadi bisa kita jadikan tolak ukur juga kalo polisi seharusnya seperti itu. Semoga sama dengan polisi yang sering kita lihat saat bertugas dijalan raya.  




Yang kita tahu, Program 86 dipandang masyarakat kita sebagai program yang membutuhkan keseriusan, tapi tidak sepenuhnya..  beberapa episodenya menayangkan hal-hal yang lucu. Hingga ramai di media social contohnya “disitu kadang saya merasa sedih” ungkapan itu berasal dari polwan dewi yang saat diwawancara mengenai anak-anak, kemudian spontan bilang “disitu saya merasa sedih”. Sontak brigadir ini populer di media social khususnya instagram dan path. Meskipun baru bagi saya program 86 dapat dijejerkan sekaligus mengungguli program lain yang sejenis, kalian boleh analisa sendiri hehe.

Kamis, 11 Juni 2015

Curhat Selipan Mata Kuliah Softskill 4 Tahun

            Softskill adalah kemampuan yang ada dalam diri kita sendiri yang tidak terlihat bentuknya. Softskill bisa dibilang pengendalian diri dari diri kita terhadap suatu kepentingan yang mungkin sangat menyita emosi, optimasi dan komunikasi. Manajemen waktu, mengendalikan diri, bertanggung jawab dapat juga  dikategorikan sebagai softskill. Softskill yang baik harus diiringi dengan hardskill juga. Hardskill itu bakat kita yang dapat dilihat. Misalnya kita jago membuat program komputer, pandai membangun usaha, mahir membuat arsitektur bangunan dll. Dengan softskill dan hardskill yang jalan beriringan kita dapat menjadi manusia yang berkualitas dimasa depan.

            Di Universitas Gunadarma kita memperoleh mata kuliah softskill sebanyak 1-2 sks tiap semesternya. Beberapa mahasiswa menganggap softskill sebagai mata kuliah yang tidak berbobot malah sebenarnya softskill lah yang menjadi pondasi kita bisa  berkembang sesuai pribadi masing-masing.

            Sampai pada akhirnya kami mahasiswa tingkat akhir gunadarma disuruh untuk membuat penulisan softskill dari hasil ketikan tangan sendiri. Tugas softskill kali ini kami diminta untuk mendeskripsikan salah satu atau beberapa mata kuliah softskill dari semester 1 hingga semester 8 yang “lo banget”. Maksudnya dari softskill itu diharap kami tahu passion kami dimana, ingin kerja dibidang apa, ingin gaji berapa dsb. Berikut adalah nama-nama mata kuliah softskill yang pernah kami ambil dalam menempuh bangku perkuliahan :

      1.      Ilmu sosial dasar
      2.      Ilmu budaya dasar
      3.      Teori organisasi umum
      4.      Teori organisasi umum 2
      5.      Bahasa indonesia 1
      6.      Bahasa indonesia 2
      7.      Pengantar telematika
      8.      Etika & profesionalisme TSI

            Dari kedelapan mata kuliah softskill diatas yang menurut saya memberikan pengetahuan lebih terhadap saya sendiri adalah ilmu sosial dasar, ilmu budaya dasar dan teori organisasi umum. Kenapa? Karena sebenarnya saya sangat senang berkomunikasi. Saya sangat nyaman berinteraksi dengan orang banyak ketimbang mengoprek program atau berbisnis. Saya menilai ini bukan suatu kelemahan saya belum mencintai dunia lainnya. Tapi saya menganggap ini sebagai modal saya untuk membangun jaringan yang besar dan hangat.  Saya berkecimpung dalam dunia organisasi sejak saya duduk di bangku SMP. Saya salah satu anggota OSIS bidang koperasi dan budi pekerti luhur. Tapi pada saat itu program saya tidak berjalan sama sekali malah sempat dinilai sebagai bidang yang tidak berkinerja kala itu hahaha. Disitu saya belajar, walaupun awalnya planga-plongo. Lulus SMP tahun 2009 saya membuat suatu komunitas sosial bersama teman-teman saya. Banyak program yang telah kami bangun. Mulai dari les matematika, belajar kelompok, membuat berbagai seminar, santunan, bukber dengan ODHA, pengobatan gratis dll. Hal inilah yang akhirnya saya simpulkan bahwa ini adalah bibit-bibit yang membuat saya mencintai komunikasi.

            Kuliah di jurusan sistem informasi atas permintaan orang tua salah satu bentuk tidak kedewasaan saya terhadap nasib saya di bidang akademik. Saya akui saat itu setelah SMA , saya bukan orang yang punya ambisi. “jalani ajalah..”. setahun menjalani kuliah saya merasa sangat terbebani hingga akhirnya saya mencoba untuk mengikuti SNMPTN dan Simak UI dengan jurusan komunikasi yang saya ambil. Kemudian saya mencoba menguatkan mental saya. jikalau saya diterima belajar di jurusan komunikasi maka inilah jiwa saya yang sesungguhnya, memperoleh wawasan yang luas dan berkawan dengan banyak orang. Namun jika saya gagal pada tahap ini maka ini memang takdir Tuhan yang meminta saya untuk menghargai dulu usaha orang tua saya selama setahun ini dan Dia akan menunjukan hikmah dari ini semua. Hasilnya menunjukan saya gagal.

            Mulai dari situ, oke.. saya menjalani semuanya dengan tanggung jawab. Minimal punya ipk >3.00 dan selesai tepat waktu. Dan alhamdulillah.. ipk saya mencapai angka itu walaupun tidak melambung tinggi tapi saya cukup bangga, dengan jurusan yang bukan saya minati.. saya dapat memperoleh hal demikian. Walaupun tertatih.

            Saat ini semester akhir saya mencoba menyukai hal-hal yang berkenaan dengan teknologi walaupun sangat telat, tapi mending telat dari pada tidak sama sekali. Saya mencoba menyukai blender 3D, membantu guru saya editing audio untuk acara sekolahnya dll. Walaupun Cuma itu tapi ada lahh bekas kuliah 4 tahun.

            Setelah lulus kuliah saya ingin bekerja ditempat yang dapat mendukung kemampuan saya berkomunikasi. Marketing communication officer dan event manager bisa dibilang acuan saya setelah lulus kuliah nanti. Masalah pendapatan, saya tahu diri. Untuk fresh graduate salah jurusan yaa 3,5jt keatas lah hehe. Saat ini saya sedang mengolah kemampuan berbahasa dan menulis saya,  jika mencapai prestasi yang dibanggakan, saya harus meningkatkan pendapatan saya. Saya harus menemukan perusahaan besar yang dapat menggaji kinerja saya dengan pantas. Tapi saya tetap bersyukur jika mungkin rejeki saya bukan di jabatan itu. Cari pekerjaan kan ga gampang. Itung-itung abis lulus bakti dulu sama orang tua. Buktiin kalo kita bertanggung jawab udah dikuliahin 4 tahun hehe. Bukan tidak mungkin saya sangat ingin kuliah di luar negeri melanjutkan studi, kembali dan membangun bumi pertiwi.

            Demikian ungkapan saya mengenai tugas softskill selama 4 tahun ini. Sangat out of topic tapi ini sikap saya menyetel mental saya, bekerja, bertanggung jawab, menerima kemudian berbagi. terimakasih





Selasa, 09 Juni 2015

Kiblat Baru Masyarakat Menengah Kebawah, Mungkinkah

Artikel dibawah ini adalah artikel yang saya perlombakan yang diadakan oleh Total mengenai migas. Sebenarnya saya agak luka membuka lagi artikel ini sebab saya tidak berhasil menjadi setidaknya 50 nominee. Tapi yasudah saya anggap ini sebuah pembelajaran. Tidak saat ini, mungkin beberapa artikel lagi atau beberapa tahun lagi saya akan menghasilkan sebuah artikel yang mengagumkan.

Artikel ini sengaja saya post di blog saya supaya mungkin beberapa kalian bersedia membaca tulisan yang agak ngebosenin ini hehe sekaligus bersedia memberikan saran buat saya. Saya mengikuti writing contest kali ini atas informasi dari tante saya yang sempat tau kalo saya pernah lolos training dari ICOMP dengan syarat menulis juga. Jadi dia menyarankan saya buat ikut lomba ini. “siapa tau menang” kata dia. hehehehe

Globalisasi merupakan sebuah kondisi dimana terjadinya peningkatan kualitas hidup antar bangsa diseluruh dunia dengan memanfaatkan kemajuan dan teknologi dalam mewujudkan tatanan baru yang memaksa seseorang untuk aktif, kreatif dan inovatif. Namun tak sedikit yang memandang globalisasi sebagai suatu proses yang membawa seluruh bangsa kepada peningkatan konsumsi produk. Pada bidang ekologi, Konsumsi yang tak diimbangi dapat memberikan beban yang besar buat lingkungan hidup. Hal ini berdampak besar pada kerusakan ekosistem akibat kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

Sebagai proses untuk mewujudkan pembangunan, globalisasi akan memberikan corak dan dampak yang luas terhadap lingkungan hidup. Masalah lingkungan yang semakin global menjadi alasan yang mutakhir atas anjlok nya kualitas dan kuantitas sumber daya alam. Bagi saya globalisasi tidak dapat dikatakan berhasil jikalau hanya bisa memberikan kesejahteraan ekonomi yang tak pernah di syukuri oleh umat manusia tanpa berfikir untuk rekonstruksi lingkungan.

Krisis energi menjadi salah satu permasalahan dunia yang masih mendominasi kebutuhan pembangunan yang semakin tajam. Isi perut bumi yakni bahan bakar fosil menjadi korban utama atas kesalahan mendasar keegoisan umat manusia. Pemanfaatan dan penggunaan energi berbahan bakar fosil tiada batas menjadi aktivitas rutin umat manusia yang melemahkan jumlah produksi energi.

Tak pernahkah anda mengantri beberapa liter minyak untuk keperluan dapur anda selama beberapa jam. Tepat giliran anda minyak ludes habis? Jika anda pernah merasakannya berarti anda tepat berada di Indonesia. Kondisi sumber daya minyak di indonesia sudah sangat memprihatinkan. Berbanding terbalik saat masa kejayaan pada tahun 1970 hingga 1995 dimana produktivitas minyak kala itu tergolong stabil cenderung meningkat.

Minyak masih menjadi salah satu jenis bahan bakar yang sangat dibutuhkan tiap masyarakat khususnya di sejumlah daerah di indonesia. Maklum bahan bakar yang biaya produksinya setara dengan avtur ini sejak lama dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat menengah ke bawah. Alhasil kelangkaan pun terjadi. Hadirnya kelangkaan tersebut disebabkan masyarakat masih menggunakan kompor untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk untuk memasak ataupun menyalakan mesin untuk keperluan industri. Hal ini menjadi sangat ironi pasalnya indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam namun seperti negara yang miskin sumber daya alam. Sangat berbeda dengan negara tetangga Singapura yang dapat dikatakan tidak memiliki Sumber daya alam sama sekali tapi pendapatan per kapita berkali-kali lipat dari pendapatan Indonesia.

Konsumsi minyak yang melebihi kapasitas produksi memaksa pemerintah untuk melahirkan upaya-upaya yang dapat meningkatkan produksi dan menahan penggunaan minyak yang berlebihan di bumi pertiwi indonesia termasuk mengawasi penjualan minyak yang manfaatnya masih sulit dirasakan, alhasil agen-agen asing dapat melakukan perdagangan bebas dengan harga rendah kemudian menimbun lalu menjualnya di daerah dimana mereka dapat memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.

Untuk mengatasi kelangkaan minyak bumi di Indonesia pemerintah telah merancang strategi termasuk dengan mengkonversi penggunaan bahan bakar minyak ke bahan bakar gas. Menurut pandangan beberapa orang pengalihan penggunaan bahan bakar minyak ke bahan bakar gas adalah ide yang cukup mapan. Pemerintah kita sudah cukup pandai menganalisa hal yang harus dipertahankan dengan hal yang dapat dimanfaatkan. Secara, volume persediaan minyak bumi di perut bumi sudah semakin menipis dan gas memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan karena lebih efisien dan ramah lingkungan. Namun kondisi seperti ini harus diperhatikan lagi. Pasalnya banyak kasus yang dialami warga atas kebijakan pemerintah ini. Sebagai contoh banyak warga yang merasa khawatir dengam pemberitaan gas elpiji 3kg yang bocor sehingga membuat warga kembali menggunakan kompor minyak tanah. Belum lagi masalah pembentukan kepribadian yang sudah tergantung dengan pola hidup lama mereka. Pemerintah harus siap mengurai masalah-masalah didepan termasuk menambah pasokan gas dengan cepat agar kepercayaan warga kepada pemerintah tidak sirna. Tapi menurut saya, kelangkaan bahan bakar gas akan segera dialami oleh masyarakat indonesia cepat atau lambat. Sama halnya saat kita kehabisan bahan bakar minyak. Hal ini sangatlah alami. Melakukan eksploitasi tanpa niatan untuk memperbarui Bagaikan api makan ilalang kering, tiada dapat dipadamkan lagi.